This collection of sound recordings was made within the framework of Muarasuara 2021: Ancient Delay. ancientdelay.muarasuara.id

Ancient Delay, in Indonesian logic, seems to be more accurately interpreted as "kumandang bebunyian kuno". That said, sound will never disappear from the universe. What happens is the "sedimentation" of sound, as the frequency of the sound itself decreases. Therefore, some believe that the sounds that occurred in the past, in ancient times, actually still vibrate to this day. However, the frequency had weaken drastically to a level that could no longer be heard with ordinary human senses. In other words, it was impossible to hear the sounds of the past.

However, today is the past for the future. The project of "Semiotika Bunyi Kasihan" (Sound Semiotics of Kasihan) tries to reflect on such a possibility. That is, the sounds we hear today, the sounds that exist in the environment around us everyday, will someday become ancient sounds (or ancient delay) in the future. So, "Semiotika Bunyi Kasihan" is a small collection of ancient sounds of the future.

"Sound Semiotics of Kasihan" is part of the long-term project "BUNYI Sound-Archive Project" which I initiated to study everyday sound phenomena through modest audio recording equipment. Specifically taking the site in the Kasihan District, Bantul Regency, Yogyakarta Special Region, the collection of sound recordings in this compilation refers to events around my house which is located right in the Dukuh Kembaran, Tamantirto Village. These are the sound recordings about the events of neighboring, about domestic daily, about a small family, and about farm animals.

--- --- ---

Kumpulan rekaman bunyi ini dibuat dalam rangka Muarasuara 2021: Ancient Delay. ancientdelay.muarasuara.id

Ancient Delay, dalam logika bahasa Indonesia, agaknya lebih tepat diartikan sebagai "kumandang bebunyian kuno". Konon, bebunyian tidak akan pernah hilang dari alam semesta. Yang terjadi ialah pengendapan bunyi, seiring dengan menurunnya frekuensi dari bunyi itu sendiri. Oleh karena itu, ada yang berkeyakinan bahwa bebunyian-bebunyian yang terjadi di masa lalu, di zaman kuno, sebenarnya masih bergetar hingga hari ini. Hanya saja, frekuensinya telah menurun drastis ke tingkat yang tak bisa lagi didengar dengan indra manusia biasa. Dengan kata lain, mustahil untuk mendengar bebunyian masa lalu.

Akan tetapi, hari ini adalah masa lalu bagi masa depan. Proyek "Semiotika Bunyi Kasihan" mencoba merefleksikan kemungkinan itu. Bahwa, bebunyian yang kita dengar hari ini, bebunyian yang ada di lingkungan sekitar sehari-hari, suatu saat akan menjadi bebunyian kuno di masa depan. Maka, "Semiotika Bunyi Kasihan" adalah sedikit kumpulan dari bunyi-bunyi kuno masa depan.

"Semiotika Bunyi Kasihan" adalah bagian dari proyek jangka panjang "BUNYI Sound-Archive Project" yang saya gagas untuk mempelajari fenomena bunyi sehari-hari melalui alat rekam audio apa adanya. Secara khusus mengambil situs di daerah Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, kumpulan rekaman bunyi dalam kompilasi ini mengacu pada kejadian-kejadian di sekitar rumah saya yang berlokasi tepat di Dukuh Kembaran, Kelurahan Tamantirto. Ini adalah rekaman bunyi tentang peristiwa-peristiwa kehidupan bertetangga, tentang keseharian domestik, tentang keluarga kecil, dan tentang binatang-binatang ternak.